Cinta. Морган Райс

Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Cinta - Морган Райс страница 4

Cinta - Морган Райс Jurnal Vampir

Скачать книгу

ia tidak bisa ingat di mana, mereka berhenti sebentar di sebuah kota, dan ia pergi ke satu-satunya toko yang ada—Salvation Army—dan menemukan baju ganti.

      Ia menunduk dengan cemas, dan bahkan tidak mengenali dirinya sendiri. Ia mengenakan jins pudar dan koyak, sepatu kets yang satu ukuran terlalu besar untuknya, dan sebuah sweater di atas kaus oblong. Di atas kaus oblong itu, ia mengenakan jaket pudar berwarna ungu kacang, satu kancing hilang, yang juga terlalu besar untuknya. Tapi pakaian itu hangat. Dan sekarang, itulah yang ia butuhkan.

      Ia merasa canggung. Mengapa dia melihatnya seperti ini? Itu hanyalah keberuntungannya bahwa pertama kalinya ia menemukan seorang pria yang benar-benar ia sukai, ia bahkan tidak punya kesempatan untuk membuat dirinya terlihat cantik. Tidak ada kamar mandi dalam lumbung ini, dan bahkan jika ada, ia tidak membawa riasan. Ia memalingkan muka lagi, merasa malu.

      "Apakah aku tidur dalam waktu yang lama?" tanyanya.

      "Aku tidak yakin. Aku sendiri baru saja bangun." ujarnya, bersandar dan membelai tangan melalui rambutnya. "Aku bersantap lebih awal malam ini. Itu membuatku lelah."

      Ia memandanginya.

      "Jelaskan kepadaku," ujarnya.

      Dia menatapnya.

      "Minum darah," tambahnya. "Seperti, bagaimana cara kerjanya? Apakah kau...membunuh orang?"

      "Tidak, tidak pernah," ujar Caleb.

      Ruangan itu menjadi sunyi saat ia berusaha memikirkan sesuatu.

      "Seperti semua hal dalam ras vampir, minum darah adalah hal yang rumit," ujarnya. "Itu tergantung pada jenis vampir apa, dan coven mana kau berasal. Jika aku, aku hanya meminum darah hewan. Biasanya, rusa. Toh, rusa kelebihan populasi, dan manusia juga memburunya—dan bahkan tidak untuk dimakan."

      Ekspresinya berubah gelap.

      "Tapi coven lain tidak sebegitu ramah. Mereka akan menyantap manusia. Biasanya, orang-orang yang tidak diinginkan."

      "Orang-orang yang tidak diinginkan?"

      "Tuna wisma, gelandangan, pelacur...mereka yang tidak akan diperhatikan. Itulah yang selama ini terjadi. Mereka tidak ingin menarik perhatian terhadap ras mereka.

      "Itulah mengapa kami menganggap covenku, jenis vampirku, berdarah murni, dan jenis lain tidak murni. Apa yang kau santap...energinya merasukimu."

      Caitlin duduk di sana, berpikir.

      "Bagaimana denganku?" Tanyanya.

      Dia menatapnya.

      "Mengapa aku kadang-kadang ingin meminum darah, tapi tidak yang lainnya?"

      Dia mengernyitkan alisnya.

      "Aku tidak yakin. Kau berbeda. Kau setengah keturunan. Itu adalah suatu hal yang sangat langka...aku tidak tahu karena kau muncul sesuai usia. Sedangkan yang lain, mereka berubah, dalam semalam. Untukmu, ini adalah sebuah proses. Mungkin memerlukan waktu bagimu untuk berubah, untuk menjalani perubahan apa pun yang kau alami."

      Caitlin kembali berpkir dan mengingat sengatan laparnya, bagaimana rasa itu melandanya secara tiba-tiba. Bagaimana rasa itu membuatnya tidak dapat berpikir apa pun selain menyantap. Mengerikan sekali. Ia takut hal itu terjadi lagi.

      "Tapi bagaimana aku tahu kapan itu akan terjadi lagi?"

      Dia menatapnya. "Kau tidak perlu tahu."

      "Tapi aku tidak pernah menginginkan untuk membunuh manusia," ujarnya. "Sama sekali."

      "Kau tidak perlu khawatir. Kau bisa minum darah hewan."

      "Tapi bagaimanakah jika hal itu terjadi ketika aku terjebah di suatu tempat?"

      "Kau harus belajar untuk mengendalikannya. Itu memerlukan latihan. Dan tekad. Itu tidak mudah. Tapi memungkinkan. Kau bisa mengendalikannya. Itu adalah apa yang dijalani setiap vampir."

      Caitlin membayangkan tentang seperti apa rasanya terperangkap dan menyantap hewan hidup. Ia tahu ia sudah lebih cepat daripada sebelumnya, tapi ia tidak tahu apakah ia secepat itu. Dan ia tidak tahu sama sekali apa yang harus dilakukan jika ia benar-benar menangkap seekor rusa.

      Ia menatapnya.

      "Maukah kau mengajariku?" tanyanya, penuh harap.

      Dia bertatapan mata dengannya, dan ia bisa merasakan jantungnya berdegup.

      "Minum darah adalah suatu hal yang suci dalam ras kami. Itu selalu dilakukan sendirian," ujarnya, lembut dan dengan nada meminta maaf. ":Kecuali..." Dia terdiam.

      "Kecuali?" tanyanya.

      "Dalam upacara pernikahan. Untuk mengikat suami dan istri.

      Dia memalingkan muka, dan ia bisa melihatnya bergerak. Ia merasakan darah mengalir ke pipinya, dan tiba-tiba ruangan itu menjadi sangat hangat.

      Ia memutuskan untuk melupakannya. Ia tidak mengalami sengatan rasa lapar sekarang, dan ia bisa menyeberangi jalan itu saat ia mengalaminya. Ia berharap dia akan ada di sisinya pada saat itu.

      Selain itu, jauh di lubuk hatinya, ia tidak sungguh-sungguh peduli tentang meminum darah, atau vampir, atau pedang, atau apa pun itu. Yang sangat ingin ia ketahui adalah tentang dia. Atau, sesungguhnya, bagaimana perasaan Caleb terhadapnya. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepadanya. Mengapa kau mempertaruhkan itu semua untukku? Apakah hanya untuk menemukan pedang itu? Atau apakah ada hal lain? Setelah kau menemukan pedangmu, akankah kau masih ada di sampingku? Meskipun cinta dengan seorang manusia itu terlarang, akankah kau menyeberangi batas itu untukku?

      Namun ia takut.

      Jadi, sebaliknya, ia hanya berkata: "Aku harap kita menemukan pedangmu."

      Pengecut, pikirnya. Itukah hal terbaik yang bisa kau lakukan? Tidak bisakah kau mendapatkan keberanian untuk mengatakan apa yang sedang kau pikirkan?

      Tapi energinya terlalu besar, dan kapan pun ia ada di dekatnya, energi itu membuatnya sulit untuk berpikir jernih.

      "Aku akan melakukannya," jawabnya. "Itu bukan senjata biasa. Pedang itu telah diincar oleh kaum kami selama berabad-abad. Kabarnya pedang itu menjadi contoh pedang Turki terbaik yang pernah dibuat, dibuat dari sebuah logam yang bisa membunuh semua vampir. Dengan pedang itu, kami akan menjadi tidak terkalahkan. Tanpa pedang itu..."

      Dia terdiam, tiba-tiba takut menyuarakan akibatnya.

      Caitlin berharap Sam ada di sana, berharap dia bisa membantu membimbing mereka kepada ayahnya. Ia mengamati lumbung itu lagi. Ia tidak melihat ada tanda-tanda baru dari Sam. Ia berharap, sekali lagi ia tidak menghilangkan ponselnya dalam perjalanan. Ponsel itu akan membuat hidupnya lebih mudah.

      "Sam biasanya selalu pergi ke sini," kata Caitlin. "Aku yakin dia akan datang ke sini. Tapi aku tahu dia kembali kembali ke kota ini—aku yakin sekali. Dia tidak akan pergi ke tempat lain. Besok kita akan pergi ke sekolah, dan aku akan bicara dengan teman-temanku. Aku akan mencari tahu."

      Caleb mengangguk. "Kau yakin dia tahu di mana ayahmu berada?" tanyanya.

      "Aku...tidak tahu," jawabnya. "Tapi aku tahu bahwa dia mengetahui lebih banyak tentang ayah dibandingkan aku. Dia telah mencoba

Скачать книгу