Buku Urantia. Urantia Foundation

Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Buku Urantia - Urantia Foundation страница 110

Автор:
Серия:
Издательство:
Buku Urantia - Urantia Foundation

Скачать книгу

batin, dan jiwa dipersatukan oleh kepribadian makhluk, kami tidak dapat sepenuhnya memprediksi keputusan dari makhluk yang berkemauan bebas seperti itu.

      12:6.6 (136.4) Semua fase forsa primordial (forsa purba), roh yang baru lahir, dan hal-hal ultimat bukan pribadi yang lain itu tampaknya bereaksi sesuai dengan hukum tertentu yang relatif stabil tetapi tidak diketahui, dan dicirikan oleh keleluasaan pelaksanaan dan kelenturan tanggapan yang sering membingungkan ketika ditemui dalam fenomena suatu situasi yang dibatasi dan dipisahkan sendiri. Apa penjelasan tentang tak terduganya kebebasan reaksi yang diungkapkan oleh kenyataan-kenyataan alam semesta yang sedang bangkit ini? Ketidak-terdugaan yang tidak dimengerti dan tidak diketahui ini—apakah hal itu berkenaan pada perilaku suatu unit primordial dari forsa, reaksi dari suatu tingkat batin yang tak dikenali, atau fenomena suatu pra-alam-semesta luas yang sedang dalam pembuatan di wilayah-wilayah ruang angkasa bagian luar—mungkin saja mengungkapkan kegiatan para Ultimat dan pekerjaan-kehadiran para Absolut, yang mendahului fungsi semua Pencipta alam semesta.

      12:6.7 (136.5) Kami tidak benar-benar tahu, tetapi kami menduga bahwa keserba-bisaan yang menakjubkan dan koordinasi yang besar tersebut menandakan kehadiran dan unjuk kerja dari para Absolut, dan bahwa keragaman respon demikian dalam menanggapi penyebab yang tampaknya seragam itu menunjukkan reaksi dari para Absolut, tidak hanya terhadap penyebab yang langsung dan situasional, tetapi juga pada semua penyebab terkait lainnya di seluruh alam semesta master.

      12:6.8 (136.6) Individu-individu memiliki penjaga-penjaga takdir mereka; planet, sistem, konstelasi, alam semesta, dan alam-alam semesta super memiliki penguasa masing-masing yang bekerja untuk kebaikan wilayah-wilayah mereka. Havona dan bahkan alam semesta agung diawasi oleh mereka yang diserahi tanggung jawab tinggi tersebut. Tetapi siapa yang memelihara dan peduli kebutuhan mendasarnya alam semesta master secara keseluruhan, dari Firdaus hingga ke tingkat ruang keempat dan terluar itu? Secara eksistensial pemeliharaan tersebut mungkin adalah tanggung jawab Trinitas Firdaus, tetapi dari sudut pandang pengalaman, kemunculan alam-alam semesta pasca-Havona itu bergantung pada:

      12:6.9 (136.7) 1. Para Absolut dalam potensialnya.

      12:6.10 (136.8) 2. Yang Mahaakhir dalam pengarahannya.

      12:6.11 (137.1) 3. Yang Mahatinggi dalam koordinasi evolusionernya.

      12:6.12 (137.2) 4. Para Arsitek Alam Semesta Master dalam administrasinya sebelum hadir penguasa-penguasa khusus tertentu.

      12:6.13 (137.3) Absolut Nirkualifikasi merasuki semua ruang. Kami tidak sepenuhnya jelas tentang status tepatnya Absolut Deitas dan Absolut Semesta, tetapi kami tahu bahwa yang belakangan itu berfungsi di manapun Absolut Deitas dan Nirkualifikasi berfungsi. Absolut Deitas mungkin secara semesta hadir tetapi sulit bisa dikatakan hadir ruang. Yang Mahaakhir adalah, atau suatu kali akan, hadir ruang hingga batas-batas pinggiran luar tingkat ruang keempat. Kami meragukan bahwa Yang Mahaakhir akan pernah memiliki kehadiran ruang melampaui luar pinggiran keliling alam semesta master, tapi di dalam batas ini Yang Mahaakhir semakin mengintegrasikan pengaturan kreatif terhadap potensial-potensialnya tiga Absolut.

      12:7.1 (137.4) Ada beroperasi di seluruh waktu dan ruang dan berkaitan dengan semua realitas apapun jenisnya, suatu hukum yang tak bisa dihindari dan tidak melibatkan pribadi, yang setara dengan fungsi suatu pemeliharaan kosmis. Rahmat mencirikan sikap kasih Tuhan bagi individu; ketidak-berpihakan memotivasi sikap Tuhan terhadap total. Kehendak Tuhan tidak selalu harus berlaku dalam bagian—misalnya hati dari salah satu kepribadian—tetapi kehendak-Nya benar-benar menguasai keseluruhannya, alam semesta segala alam-alam semesta.

      12:7.2 (137.5) Dalam semua urusan-Nya dengan semua makhluk-Nya memang benar bahwa hukum-hukum Tuhan itu dari sifatnya tidak sewenang-wenang. Bagi kamu, dengan penglihatanmu yang sempit dan sudut pandang yang terbatas, perbuatan Tuhan tentulah seringkali tampak sebagai diktatorial dan sewenang-wenang. Hukum Tuhan hanyalah kebiasaan Tuhan, cara-Nya berulang kali melakukan hal-hal; dan Dia selalu melakukan semua hal dengan baik. Kamu mengamati bahwa Tuhan melakukan hal yang sama dengan cara yang sama, berulang-ulang, hanya karena itu adalah cara terbaik untuk melakukan hal khusus itu dalam suatu keadaan tertentu; dan cara yang terbaik adalah cara yang benar, dan karena itu maka kebijaksanaan yang tanpa batas selalu menyuruh agar hal itu dilakukan dengan cara yang tepat dan sempurna. Kamu juga harus ingat bahwa alam (nature) itu bukanlah perbuatan yang khusus hanya dari Deitas; pengaruh-pengaruh lainnya juga hadir pada fenomena itu yang manusia sebut sebagai alam.

      12:7.3 (137.6) Merupakan hal yang nista bagi kodrat ilahi untuk menderita semua bentuk kemerosotan atau pernah mengizinkan pelaksanaan suatu tindakan yang murni pribadi dengan cara yang lebih rendah. Namun demikian haruslah diperjelas, bahwa, jika, dalam keilahian untuk situasi apapun, dalam keekstriman suatu keadaan apapun, dalam setiap kasus dimana pelaksanaan hikmat tertinggi mungkin menunjukkan kebutuhan untuk perilaku yang berbeda—jika tuntutan-tuntutan untuk kesempurnaan mungkin karena alasan apapun menuntut metode reaksi yang lain, yang lebih baik, maka dan di sana juga Tuhan yang mahabijaksana akan berfungsi dalam cara yang lebih baik dan lebih cocok tersebut. Hal itu akan menjadi ekspresi dari hukum yang lebih tinggi, bukan pembalikan ke hukum yang lebih rendah.

      12:7.4 (137.7) Tuhan bukanlah budak yang terikat kebiasaan kronisitas (terus-menerus) pengulangan tindakan sukarela-Nya sendiri. Tidak ada konflik antar hukum-hukum Yang Tanpa Batas; hukum-hukum itu semua kesempurnaan dari jenis yang tidak bisa salah; hukum-hukum itu adalah semua tindakan yang tidak diragukan yang menyatakan keputusan yang tanpa keliru. Hukum adalah reaksi yang tidak berubah dari suatu batin yang tanpa batas, sempurna, dan ilahi. Perbuatan-perbuatan Tuhan semua karena kehendak bebas meskipun ini kelihatannya sama. Dalam Tuhan “pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Namun semua ini yang dapat benar-benar dikatakan tentang Bapa Semesta itu tidak bisa dikatakan dengan kepastian yang sama mengenai semua kecerdasan bawahan atau makhluk-Nya yang berevolusi.

      12:7.5 (137.8) Karena Tuhan tak berubah, sebab itu kamu dapat, dalam segala keadaan yang biasa, mengandalkan Dia untuk berbuat hal yang sama dengan cara yang persis sama dan biasa. Tuhan adalah kepastian stabilitas bagi segala benda dan makhluk ciptaan. Dia adalah Tuhan; karena itu Dia tidak berubah.

      12:7.6 (138.1) Dan semua keteguhan perilaku dan keseragaman tindakan ini bersifat pribadi, sadar, dan sangat karena kehendak bebas, karena Tuhan yang akbar itu bukanlah budak tak berdaya terhadap kesempurnaan dan ketanpa-batasan-Nya sendiri. Tuhan bukanlah kekuatan otomatis yang bertindak-sendiri; Dia bukanlah kuasa terikat-hukum yang menghamba. Tuhan itu bukanlah persamaan matematika atau pun rumus kimia. Dia adalah kepribadian yang berkehendak bebas dan perdana. Dialah Bapa Semesta, sosok yang bermahkota kepribadian dan mata air semesta untuk semua kepribadian makhluk.

      12:7.7 (138.2) Kehendak Tuhan tidak berlaku secara seragam dalam hati manusia fana jasmani yang mencari-Tuhan, tetapi jika kerangka waktunya diperbesar melampaui waktu sesaat sehingga mencakup keseluruhan kehidupan yang pertama (di dunia), maka kehendak Tuhan menjadi semakin terlihat dalam buah-buah roh yang dilahirkan dalam kehidupan anak-anak Tuhan yang dipimpin roh. Dan kemudian, jika kehidupan manusia itu lebih diperluas lagi sehingga mencakup pengalaman morontia, maka kehendak ilahi itu akan terlihat bersinar makin dan makin terang dalam tindakan-tindakan perohanian makhluk-makhluk waktu yang telah mulai mencicipi nikmat ilahi untuk mengalami hubungan antara kepribadian manusia dengan kepribadian Bapa Semesta.

      12:7.8 (138.3) Kebapaan Tuhan dan persaudaraan manusia menghadirkan paradoks antara bagian dan keseluruhan pada tingkatan kepribadian. Tuhan mengasihi masing-masing orang sebagai anak perorangan dalam keluarga surgawi. Namun demikian Tuhan mengasihi setiap (semua) orang; Dia tidak membeda-bedakan orang, dan kesemestaan kasih-Nya menciptakan suatu hubungan terhadap keseluruhan, persaudaraan semesta.

      12:7.9 (138.4) Kasih dari Bapa secara mutlak mengindividualisir masing-masing kepribadian sebagai anak yang unik dari Bapa Semesta, anak yang tanpa duplikat dalam ketanpa-batasan, makhluk

Скачать книгу