Pekik Kemuliaan. Морган Райс
Чтение книги онлайн.
Читать онлайн книгу Pekik Kemuliaan - Морган Райс страница 16
Thor merasa sangat bahagia karena ia tidak membiarkan seorang pun dari saudara-saudara Legiunnya jatuh. Ia merasa gembira karena teman-temannya berhasil lolos yang sebagian besarnya tidak terluka, dan ia merasa kasihan kepada mereka yang mati dalam pertempurna itu. Ia tidak mengenal mereka, namun ia berharap ia bisa menyelamatkan mereka juga. Itu adalah sebuah pertempuran berdarah dan bengis, dan bahkan sekarang, saat Thor berkuda, kapan pun ia mengedipkan mata, gambarwas just happy that he did not let any of his Legion brothers down. He was happy that his friends had escaped mostly unharmed, and he felt a sense of remorse about those who died in the battle. He did not know them, but he wished he could have saved them, too. It had been a bloody, ferocious battle, and even now, as Thor rode, whenever he blinked, gamabr-gambar itu berkelebat di dalam kepalanya dari pertempuran itu, dari berbagai senjata dan prajurit yang telah menyerangnya. Para McCloud adalah orang-orang yang bengis, dan ia sungguh beruntung; siapa yang tahu apakah ia bisa seberuntung itu jika mereka mereka bertemu lagi. Siapa yang tahu apakah ia bisa memanggil kekuatan itu lagi. Ia tidak tahu apakah kekuatannya bisa datang kembali. Ia membutuhkan jawaban. Dan ia harus menemukan ibunya. Ia perlu tahu siapakah sesungguhnya dirinya. Ia harus mencari Argon.
Krohn mendengking di belakangnya, dan Thor membungkuk lalu membelai kepalanya, sementara Khron menjilat telapak tangannya. Thor merasa lega Krohn baik-baik saja. Thor membawanya dari medan pertempuran dan menaruhnya di atas kuda di belakang punggungnya; Krohn kelihatannya bisa berjalan, tapi Thor menginginkan Krohn untuk beristirahat dan memulihkan tubuhnya selama perjalanan pulang yang panjang. Serangan yang dialami Krohn sangat keras, dan bagi Thor kelihatannya Krohn mengalami patah tulang. Thor hampir tidak bisa mengucapkan terima kasih kepada Krohn, yang terasa lebih seperti saudara baginya daripada binatang, dan yang telah menyelamatkan hidupnya lebih dari sekali.
Ketika mereka naik ke sebuah bukit dan terhamparlah kerajaan yang membentang di depan mereka, muncullah pemadangan hamparan kota dari Istana Raja yang mulia, dengan puluhan menara dan puncaknya, dengan dinding batu kunonya dan jembatan angkat yang sangat besar. Dengan gerbang melengkungnya dan ratusan tentara yang berjaga di tembok pembatas dan di jalan, mengitari lahan pertanian, dan tentu saja Kastil Raja di bagian tengahnya. Thor segera ingat akan Gwen. Dia telah membuat dirinya bertahan di pertempuran, dia telah memberi dirinya alasan dan tujuan untuk hidup. Dengan mengetahui bahwa dirinya telah dijebak dan dikepung, Thor tiba-tiba mengkhawatirkan nasibnya juga. Ia berharap dia baik-baik saja di sana, bahwa serangan apa pun yang membuatnya terlibat dalam pengkhianatan ini akan membiarkan dia tidak tersentuh.
Thor mendengar sorakan di kejauhan, melihat sesuatu berkilauan dalam cahaya. Dan saat ia menyipitkan matanya di puncak bukit, ia menyadari bahwa sebuah kerumunan besar terbentuk di cakrawala, di depan Istana Raja, berbaris di jalanan, melambai-lambaikan bendera. Orang-orang berkumpul dalam jumlah besar untuk menyambut mereka.
Seseorang meniupkan terompet, dan Thor menyadari bahwa mereka disambut pulang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak mereasa seperti orang asing.
“Terompet itu bersuara untukmu,” ujar Reece, berkuda di sampingnya, menepuk punggungnya dan menatapnya dengan keseganan baru. “Kau adalah jawara dari pertempuran ini. Kau adalah pahlawan bagi orang-orang sekarang.”
“Bayangkan, salah satu dari kita, seorang anggota Legiun biasa, mengobrak-abrik Pasukan McCloud,” tambah O’Connor dengan bangga.
“Kau melakukan kemuliaan besar bagi seluruh Legiun,” kata Elden. “Sekarang mereka harus memandang kita semua dengan sangat serius.”
“Jangan lupa, kau menyelamatkan nyawa kita,” tambah Conval.
Thor mengangkat bahu, merasa sangat bangga, tapi juga tidak memperbolehkan semua ini merasuki kepalanya. Ia tahu bahwa ia adalah manusia, lemah dan rapuh, seperti yang lain. Dan gelombang pertempuran itu mungkin saja berbalik ke arah lain.
“Aku hanya melakukan seperti yang sudah dilatihkan,” timpal Thor. “Apa yang sudah dilatih kepada kita untuk dilakukan. Aku tidak lebih baik dari siapa pun. Aku hanya mendapat keberuntungan hari ini.”
“Menurutkua itu lebih dari keberuntungan,” Reece menimpali.
Mereka semua melanjutkan dengan derap pelan, menuruni jalan utama menuju Istana Raja, dan saat mereka melakukannya jalan mulai dipenuhi dengan orang-orang, tumpah-ruah dari pedesaan, bersorak-sorak, melambaikan bendera kerajaan MacGil berwarna biru dan kuning. Thor menyadari bahwa inin telah menjadi parade yang sangat ramai. Seluruh istana telah datang untuk menyambut mereka, dan ia bisa merasakan kelegaan dan kegembiraan di wajah-wajah mereka. Ia bisa memahami mengapa: jika pasukan McCloud semakin mendekat, mereka pasti akan menghancurkan itu semua.
Thor berkuda bersama yang lain melalui segerombolan orang, di atas jembatan angkat kayu, tapak kaki kuda mereka berderap. Mereka melalui gerbang batu melengkung, melewati terowongan, langit menjadi gelap. Lalu ke luar ke sisi lain, menuju Istana Raja – di mana mereka bertemu dengan massa yang bergembira. Mereka melambaikan bendera dan melemparkan gula-gula, dan sekelompok musisi mulai menyuarakan simbal, memukul drum, sementara orang-orang mulai berdansa di jalanan.
Thor turun dari kuda bersama yang lain karena semakin riuh untuk mengendarai kuda, dan ia mengulurkan tangan lalu membantu Krohn turun dari kuda. Ia melihat dengan saksama ketika Krohn bejalan terpincang-pincang; dia nampak baik-baik saja untuk berjalan sekarang, dan Thor merasa lega. Krohn berpaling dan menjilat telapak tangan Thor beberapa kali.
Kelompok mereka berjalan melalui Alun-Alun Raja, ketika Thor dipeluk dan dirangkul dari semua sisi oleh orang-orang yang tidak ia kenal.
“Kau telah menyelamatkan kami!” seorang pria tua berseru. “Kau telah membebaskan kerajaan kita!”
Thor ingin menimpali, tapi ia tidak bisa, suaranya tertelan oleh riuhnya ratusan orang yang bersoraj dan berseru di sekeliling mereka, musik semakin keras. Kemudian, satu tong kecil bir putih digulirkan ke lapangan, dan orang-orang berhamburan untuk minum, bernyanyi, dan tertawa.
Namun Thor hanya punya satu hal dalam benaknya: Gwendolyn. Ia harus menemuinya. Ia mengamati semua wajah, sangat ingin melihat kilasannya, memastikan bahwa dia akan ada di sini – tapi ia merasa kecewa karena ternyata ia tidak bisa menemukannya.
Lalu ia merasakan sebuah tepukan di bahunya.
“Aku rasa wanita yang kau cari ada di sana,” ujar Reece, membalikkan tubuhnya dan menunjuk ke arah lain.
Thor berpaling dan matanya terbelalak. Di sana, berjalan dengan cepat menuju ke arahnya, dengan sebuah senyum lebar dengan rasa lega yang melihatnya seolah-olah dia telah terjaga sepanjang malam, adalah Gwendolyn.
Dia terlihat lebih cantik dari yang pernah ia lihat, dan dia bersergera menuju ke arahnya dan berlari tepat menuju lengan Thor. Dia melompat dan memeluknya, dan ia balas memeluknya, erat-erat, memutarnya di kerumunan. Dia bergelayut pada dirinya dan tidak melepaskan dirinya, lalu ia merasakan air matanya meleleh di lehernya. Ia bisa merasakan cintanya, dan merasakannya kembali.
“Syukurlah kau selamat,” ujarnya, sangat gembira.
“Aku tidak bisa memikirkan apa-apa selain dirimu,” timpal Thor, memeluknya erat. Saat ia merasakannya dalam pelukannya,