Pekik Kemuliaan. Морган Райс
Чтение книги онлайн.
Читать онлайн книгу Pekik Kemuliaan - Морган Райс страница 5
Gwen menurunkan belatinya perlahan.
“Bawa aku kepadanya. Sekarang!” perintah Gwen.
Penjaga bar menundukkan kepalanya dengan malu kali ini, berbali dan bergegas masuk ke sebuah pintu di belakang bar. Gwen mengikutinya. Akorth dan Fulton bergabung bersamanya.
Gwen masuk ke sebuah kamar kecil di belakang kedai dan ia berseru saat melihat kakaknya, Godfrey, terkapar di lantai, terlentang. Ia tampak lebih pucat daripada biasanya. Ia tampak tengah sekarat. Semua itu ternyata benar.
Gwen berjalan ke arah Godfrey, meraih kepalanya yang terasa dingin dan lembab. Ia tidak bereaksi, kepalanya terkulai di lantai, tak bercukur, rambutnya yang acak-acakan terjuntai di dahinya. Tapi Gwen merasakan nadinya, meski lemah tapi ia masih hidup. Gwen melihat dada Godfrey terangkat dan bernafas lemah. Ia masih hidup.
Gwen merasa dirinya dipenuhi dengan amarah.
“Bagaimana bisa kau meninggalkan dia di sini seperti ini?” teriaknya, memarahi penjaga bar. “Kakakku, anggota keluarga kerajaan, dibiarkan terkapar di sini seperti anjing saat ia sedang sekarat?”
Penjaga bar itu menelan ludahnya, tampak gugup.
“Dan apa yang bisa kulakukan, tuanku?” tanyanya, terdengar tidak yakin. “Tempat ini bukan rumah sakit. Semua orang mengatakan ia pasti akan mati dan –“
“Ia tidak mati!” teriaknya. “Dan kalian berdua,” katanya, berpaling pada Akorth dan Fulton. “teman macam apa kalian? Apakah ia akan meninggalkan kalian seperti ini?”
Akorth dan Fulton saling berpandangan dengan tatapan menurut.
“Maafkan aku,” kata Akorth. “Dokter datang tadi malam dan ia melihatnya dan ia bilang Godfrey sekarat-dan tinggal menunggu ajalnya tiba. Aku kira tak ada apapun yang bisa dilakukan.”
“Kami menjaganya sepanjang malam, tuanku,” tambah Fulton,”di sisinya. Kami hanya rehat sebentar, minum untuk melupakan duka cita kami, lalu kau datang dan –“
Gwen meraih dan dengan murka merebut botol bir dari tangan mereka berdua dan melemparkannya ke lantai. Cairan itu berceceran di lantai. Mereka berdua memandang ke arah Gwen, terkejut.
“Kalian berdua, bawa dia,” perintahnya dingin, lalu berdiri, merasa ada kekuatan baru bangkit dalam dirinya. “Kalian akan membawanya pergi dari tempat ini. Kalian akan mengikutiku melewati Istana Raja sampai kita sampai di Tabib Kerajaan. Kakakku akan mendapatkan pengobatan yang sesungguhnya, dan tak akan dibiarkan mati hanya karena asumsi seorang dokter yang tidak jelas.
“Dan kau,” tambahnya, berbalik ke arah penjaga bar. “Kalau kakakku selamat, dan jika ia kembali ke tempat ini dan kau memberi dia minum, aku pastikan bahwa kau akan dikirim ke penjara bawah tanah dan tak akan pernah keluar lagi.”
Penjaga bar terpaku di tempatnya dan semakin menundukkan kepalanya.
“Sekarang, jalan!” teriaknya.
Akorth dan Fulton tersentak, dan segera bertindak. Gwen bergegas meninggalkan kamar, kedua orang itu ada di belakangnya, membopong kakaknya, mengikutinya pergi dari bar dan menuju terik matahari.
Mereka berjalan terburu-buru di tengah padatnya jalanan Istana Raja, pergi mencari tabib, dan Gwen berdoa semoga ia tidak terlambat.
BAB TIGA
Thor berkuda menyeberangi tanah lapang berdebu di sisi terluar Istana Raja, Reece, O’Connor, Elden dan si kembar ada di sisinya, Krohn berlari di sampingnya, Kendrick, Kolk, Brom dan seluruh Legiun dan Kesatuan Perak berkuda bersama mereka. Pasukan terhebat sedang berkuda untuk melawan anak buah McCloud. Mereka berkuda sebagai satu kesatuan, bersiap membebaskan kota, dan suara derap kuda memekakkan telinga, bergemuruh seperti badai. Mereka telah berkuda seharian, dan matahari kedua telah bersinar cukup lama di langit. Thor hampir tak percaya ia sedang berkuda bersama para prajurit hebat pada misi militer pertamanya. Ia merasa mereka telah menerimanya sebagai bagian dari mereka. Dan memang, seluruh anggota Legiun telah ditugaskan sebagai cadangan, dan semua teman satu timnya berkuda bersamanya. Para anggota Legiun merasa lebih kecil dibandingkan ribuan anggota tentara raja. DanThor, untuk pertama kali dalam hidupnya, merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih hebat daripada dirinya sendiri.
Thor merasakan adanya sebuah tujuan. Ia merasa dirinya dibutuhkan. Sesama rakyatnya sedang dalam tekanan McCloud, dan hanya para prajurit ini yang bisa membebaskan mereka untuk menyelamatkan rakyatnya dari nasib yang mengerikan. Pentingnya tugas yang akan mereka lakukan membuatnya merasa penting – membuatnya merasa hidup.
Thor merasa aman dengan kehadiran para prajurit, namun ia juga merasa khawatir juga. Para pria ini adalah prajurit sungguhan, yang artinya mereka akan berhadapan dengan prajurit sungguhan juga. Pendekar-pendekar tangguh dan sulit dikalahkan. Hidup dan mati kali ini, batasannya lebih jelas daripada situasi lain yang pernah ia alami. Saat ia berkuda, ia meraba ke bawah secara naluriah dan memastikan keberadaan ketapel andalan dan pedang barunya. Ia berpikir apakah di akhir hari pedang itu akan berlumur darah. Atau ia sendirilah yang akan terluka.
Pasukan mereka mendadak menyerukan suara keras, lebih keras dari derap sepatu kuda. Saat itu mereka berbaris melingkar dan di cakrawala terlihatlah untuk pertama kalinya kota yang telah dijatuhkan. Asap hitam mengepul bergulung-gulung dari kota itu, dan pasukan McGil menendang kuda-kuda mereka, menambah kecepatan. Thor juga menendang kudanya lebih keras, mencoba menjaga jarak dengan yang lainnya saat mereka mulai menghunus pedang, mengangkat senjata mereka dan mendekati kota dengan nafsu membunuh.
Pasukan besar itu memisahkan diri menjadi beberapa kelompok kecil, dan di kelompok Thor ada sepuluh prajurit, para anggota Legiun, teman-temannya dan beberapa yang tidak dikenalnya. Mereka mengikuti perintah seorang komandan senior dalam pasukan Raja, seorang prajurit yang dipanggil Forg oleh yang lainnya, seorang pria tinggi, kurus, kuat, kulit berbintik, rambut cepak, kelabu dan mata yang gelap cekung. Pasukan yang terbagi dalam beberapa kelompok kemudian menyelinap ke segala penjuru.
“Kelompok ini, ikuti aku!” perintahnya, memberi isyarat dengan tongkatnya pada Thor dan yang lainnya untuk memisahkan diri dan mengikuti perintahnya.
Kelompok Thor mengikuti perintahnya dan berjalan di belakang Forg, berpisah lebih jauh dari kelompok besar. Thor melihat ke belakang dan mengetahui bahwa kelompoknya telah terpisah jauh dari yang lainnya, pasukan tampak jauh, dan saat Thor bertanya-tanya kemana mereka akan pergi, Forg berseru:
“Kita akan mengambil posisi di dekat pasukan sayap McCloud!”
Thor dan yang lainnya saling bertukar pandangan, gugup sekaligus bersemangat, terus maju sampai pasukan besar tak lagi terlihat.
Begitu mereka sampai di sebuah tanah lapang lainnya, dan kota itu menghilang dari pandangan. Thor berjaga-jaga, tapi tak ada tanda-tanda pasukan McCloud di manapun.
Akhirnya, Forg menghentikan kudanya di dekat sebuah bukit kecil, dalam kerimbunan pepohonan. Yang lainnya berhenti di belakangnya.
Thor dan yang lainnya memandang ke arah Forg, heran mengapa mereka berhenti.
“Di sana itu adalah misi kami,” ujarForg. “Kalian masih prajurit muda, jadi kami ingin memisahkan kalian dari ganasnya pertempuran. Kalian akan berada di sini sampai para prajurit kami menyisir kota dan menaklukkan prajurit McCloud. Tampaknya para prajurit McCloud tak akan sampai kesini, dan kalian akan aman di sini. Ambil posisi di sekitar sini, dan tinggalah sampai kami perintahkan kalian