Ikrar Kemenangan. Морган Райс
Чтение книги онлайн.
Читать онлайн книгу Ikrar Kemenangan - Морган Райс страница 5
Perasaan Alistair campur aduk saat ia berkuda kembali melalui gerbang kota, sebuah kota di mana ia telah tinggal begitu lama sebagai seorang pelayan kontrak. Di sisi lain, kota itu terasa akrab–tapi di sisi lain, kota itu membawa kenanangan tentang pemilik penginapan yang telah menindasnya, tentang segalanya yang tidak benar mengenai tempat ini. Ia telah sangat berharap untuk bisa berubah, untuk keluar dari sana bersama Erec dan memulai hidup baru bersama dia. Saat ia merasakan keamanan di dalam gerbangnya, ia juga merasakan firasat buruk yang semakin besar mengenai Erec, ada di sana sendirian, melawan pasukan itu. Pikiran tentang hal itu membuatnya mual.
Menyadari bahwa Warkfin tidak akan berbalik, ia tahu bahwa taruhan terbaiknya adalah dengan meminta bantuan untuk Erec. Erec telah memintanya untuk tinggal di dini, di dalam keamanan gerbang ini – tapi itu adalah hal terakhir yang akan ia lakukan. Ia adalah putri seorang raja, terlebih lagi, dan ia bukanlah seseorang yang akan lari dari rasa takut atau pun dari konfrontasi. Erec telah menemukan kesesuaian di dalam dirinya: ia adalah bangsawan dan sama teguhnya seperti dirinya. Dan tak mungkin ia akan bisa hidup sendirian jika apa pun terjadi pada Erec di sana.
Karena mengenal kota kerajaan ini dengan baik, Alistair mengarahkan Warkfin menuju istana Adipati – dan sekarang karena mereka ada di dalam gerbang, hewan itu mematuhinya. Ia berkuda menuju pintu masuk istana, turun dari kuda, dan berlari melewati pengawal yang mencoba untuk menghentikan dirinya. Ia mengabaikan pekikan mereka dan berlari menuju ke koridor pualam yang telah ia pelajari dengan baik sebagai seorang pelayan.
Alistair mendorong bahunya pada pintu istana yang besar menuju ke ruangan balai, menubruknya hingga terbuka, dan menerobos masuk ke ruangan pribadi Adipati.
Beberapa anggota dewan berpaling ke arahnya, semua mengenakan pakaian kebesaran, Adipati duduk di tengah dengan beberapa ksatria mengelilinya. Mereka semua menunjukkan ekspresi terkejut; ia jelas sekali mengganggu suatu urusan penting.
“Siapakah kau, wahai perempuan?” salah satu dari mereka berseru.
“Siapa yang berani mengganggu urusan penting Adipati?” teriak yang lain.
“Aku kenal wanita itu,” ujar Adipati, berdiri.
“Aku juga mengenalnya,” ujar Brandt, yang dikenalinya sebagai teman Erec. “Itu adalah Alistair, bukan begitu?” tanyanya. “Istri baru Erec?”
Ia berlari ke arahnya, menangis, dan menggenggam tangannya.
“Tolonglah, tuanku, tolong saya. Erec butuh bantuan!”
“Apa yang terjadi?” tanya Adipati, waspada.
“Dia berada dalam bahaya besar. Saat ini dia menghadapi sepasukan musuh sendirian! Dia tidak membiarkan saya berada di sana. Tolonglah! Dia butuh bantuan!”
Tanpa sepatah kata, semua ksatria berdiri dan mulai berlari menuju balai, tak seorang pun dari mereka merasa ragu; ia berbalik dan berlari bersama mereka.
“Tinggallah di sana!” Brandt mendesak.
“Tidak mau!” ujarnya, berlari di belakangnya.”Saya akan membimbung Anda kepadanya!”
Mereka semua berlari bersama-sama menuju koridor, keluar dari pintu istana dan berkumpul dalam kelompok besar menunggu kuda, masing-masing dari mereka naik ke kuda tanpa ragu sedetik pun. Alistair melompat ke atas Warkfin, menendang, dan memimpin kelompok itu, dengan cemas pergi bersama mereka.
Saat mereka berkuda melewati istana Adipati, semua tentara di sekeliling mereka mulai naik ke kuda dan bergabung dengan mereka – dan pada saat mereka meninggalkan gerbang Savaria, mereka ditemani oleh sepasukan besar prajurit yang terus bertambah hingga setidaknya mencapao seratus prajurit. Alistair berkuda di depan, di samping Brandt dan Adipati.
“Jika Erec mengetahui bahwa Anda berkuda bersama kami, kepala saya akan menjadi hukumannya,” ujar Brandt, berkuda di sampingnya. “Tolonglah, katakan saja di mana dia, tuan putri.”
Namun Alistair menggelengkan kepala kuat-kuat, menyeka air matanya saat ia berkuda semakin cepat, gemuruh besar dari semua prajurit ini di sekelilingnya.
“Saya lebih baik menggali liang kubur saya daripada meninggalkan Erec!”
BAB TIGA
Thor berkuda dengan hati-hati di jalan setapak hutan, Reece, O’Connor, Elden, dan si kembar ada di atas punggung kuda di sampingnya, Krohn di kakinya, saat mereka semua keluar dari hutan di sisi jauh dari Ngarai. Jantung Thor berdegup semakin kencang berantisipasi saat mereka akhirnya mencapai batas akhir hutan lebat itu. Ia mengangkat sebelah tangan, memberi isyarat kepada yang lain untuk tidak bersuara, dan mereka semua membeku di sampingnya.
Thor melihat dan mengamati hamparan luas pantai, langit terbuka, dan di depan itu, laut kuning luas yang akan membawa mereka menuju daratan Kekaisaran nun jauh di sana. Tartuvian. Thor belum pernah melihat perairan ini sejak perjalanan mereka menuju Misi 100 Hari. Rasanya aneh untuk kembali lagi – dan kali ini, dengan sebuah misi yang akan menentukan takdir kerajaan Cincin.
Setelah melewati jembatan Ngarai, perjalanan pendek mereka melalui hutan di dalam Alam Liar tidak terduga. Thor telah diberi perintah oleh Kolk dan Brom untuk mencari sebuah kapal kecil yang ditambatkan di pantai Tartuvian, yang tersembunyi dengan baik di bawah cabang-cabang pohon besar yang tergantung di atas laut. Thor mengikuti petunjuk mereka dengan tepat, dan saat mereka mencapai batas akhir hutan, ia melihat kapal itu, tersembunyi dengan baik, siap untuk membawa mereka ke mana pun mereka ingin pergi. Ia merasa lega.
Namun, ia juga melihat enam prajurit Kekaisaran, berdiri di pasir di depan armada kapal, memeriksanya. Prajurit lain naik ke atas kapal, yang berlabuh sebagian di pantai, berayun-ayun perlahan diterpa gelombang. Seharusnya tak ada seorang pun di sini.
Itu adalah pertanda buruk. Saat Thor melihat jauh di cakrawala, ia melihat garis pantai nun jauh di sana yang nampak seperti seluruh armada Kekaisaran, ribuan kapal hitam mengibarkan bendera hitam dari Kekaisaran. Untungnya, mereka tidak berlayar ke arah Thor, tapi ke arah berbeda, mengambil jalur berputar yang panjang untuk membawa mereka mengelilingi Cincin, ke sisi McCloud, di mana mereka telah menerobos Ngarai. Untungnya armada mereka disibukkan dengan rute yang berbeda.
Kecuali satu patroli ini. Enam prajurit Kekaisaran ini, mungkin bertugas untuk sebuah misi rutin, entah bagaimana pasti telah tersandung kapal Legiun ini. Itu adalah waktu yang tidak tepat. Jika Thor dan yang lain mencapai pantai beberapa menit lebih awal, mereka mungkin telah naik ke kapal itu dan mendorongnya. Sekarang, mereka mempunyai sebuah konfrontasi di tangan mereka. Tidak ada cara lain lagi.
Thor melihat ke atas dan bawah pantai dan melihat tidak ada pasukan prajurit Kekaisaran lainnya. Setidaknya itu adalah keberuntungan mereka. Itu mungkin sebuah kelompok patroli saja.
“Aku kira kapal itu seharusnya tersembunyi dengan baik,” ujar O’Connor.
“Sepertinya tidak cukup baik,” Elden menegaskan.