Ikrar Kemenangan. Морган Райс
Чтение книги онлайн.
Читать онлайн книгу Ikrar Kemenangan - Морган Райс страница 6
“Tak akan lama lagi sampai mereka memperingatkan pasukan Kekaisaran,” Conven mengamati.
“Dan kemudian kita akan punya perang habis-habisan di tangan kita,” tambah Conval.
Thor tahu mereka benar. Dan itu bukanlah kesempatan yang bisa mereka tangani.
“O’Connor,” ujar Thor, “caramu mengenai sasaran adalah yang terbaik dari kita semua. Aku telah melihat kau menembak dari jarak lima puluh yard. Kau lihat yang memegang busur? Kita harus menembak dalam satu bidikan pada orang itu. Bisakah kau melakukannya?”
O’Connor mengangguk dengan sungguh-sungguh, matanya terpusat pada prajurit Kekaisaran. Ia mengulurkan tangan dengan hati-hati ke atas bahunya, mengangkat busurnya, menaruh sebuah panah, dan siap untuk menembak.
Mereka semua melihat ke arah Thor, dan ia merasa siap untuk memberi arahan.
“O’Connot, setelah aba-abaku, tembaklah. Lalu kita akan menyerang prajurit yang di bawah. Siapa saja, gunakan senjata lempar kalian saat kita semakin dekat. Cobalah untuk menjatuhkan yang paling dekat dengan kalian lebih dulu.”
Thor memberi isyarat dengan tangannya, dan tiba-tiba, O‘Connor melepaskan tali busur.
Panah itu melewati udara dengan suara mendesing, dan itu adalah tembakan sempurna, ujung logamnya menembus jantung prajurit Kekaisaran yang memegang busur. Prajurit itu berdiri di sana, matanya terbelalak untuk beberapa saat, seolah-olah dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, lalu dia tiba-tiba mengulurkan lengannya lebar-lebar dan jatuh ke depan, wajah lebih dulu, menukik, mendarat dengan percikan di pantai di kaki rekan prajuritnya, menodai pasir dengan warna merah.
Thor dan yang lain menyerang, sebuah mesin yang diminyaki dengan baik seirama satu sama lain. Suara kuda-kuda mereka berderap, dan enam prajurit lain berbalik lalu menghadapi mereka. Prajurit itu naik ke kuda mereka dan balas menyerang, bersiap-siap untuk menemui mereka di tengah-tengah.
Thor dan prajuritnya masuh memiliki keuntungan atas kejutan itu. Thor mengulurkan tangan ke belakang dan melontarkan sebuah batu dengan selempangnya dan mengenai salah satu dari mereka pada pelipisnya dari jarak dua puluh yard saat dia sedang sibuk naik ke kudanya. Dia jatuh dari kuda, mati, tali kekang kudanya masih ada di tangannya.
Saat mereka semakin dekat, Reece melemparkan kapaknya, Elden melemparkan tombaknya, dan si kembar masing-masing dengan belati mereka. Pasir licin dan kuda-kuda tergeleincir, membuat pelemparan senjata lebih sulit dari biasanya. Kapak Reece menemukan sasarannya, membunuh salah satu dari mereka, tapi yang lain meleset.
Itu menyisakan empat dari mereka. Prajurit yang berada paling depan memisahkan diri dari kelompok, menyerang tepat ke arah Reece, yang tak bersenjata; dia telah melemparkan kapaknya tapi tak punya kesempatan untuk menarik pedangnya. Reece menguatkan dirinya, dan pada detik terakhir Krohn melompat ke depan, menggigit kuda prajurit itu pada kakinya, dan kuda itu roboh, penunggangnya jatuh ke tanah dan menyelamatkan Reece pada saat-saat terakhir.
Reece menarik pedangnya dan menikam prajurit itu, membunuhnya sebelum dia bisa kembali berdiri.
Tiga prajurit tersisa sekarang. Salah satu dari mereka menuju ke arah Elden dengan sebuah kapak, mengayunkannya ke arah kepalanya; Elden menangkisnya dengan perisainya dan dalam gerakan yang sama mengayunkan pedangnya dan memotong kapak itu menjadi setengah.
Kemudian Elden mengayunkan perisainya dan menghantam penyerang di sisi kepalanya, menjatuhkan dia dari kudanya.
Prajurit lain menarik sebuah cambuk dari pinggangnya dan mengayunkan rantai panjangnya, ujung yang berdiri tiba-tiba mengarah kepada O’Connor. Itu terjadi terlalu cepat, dan O’Connor tak sempat bereaksi.
Thor melihatnya datang dan menyerang ke arah temannya, mengangkat pedangnya dan menebas rantai cambuk itu, sebelum mengenai O’Connor. Muncullah suara pedang memotong besi, Thor kagum atas betapa tajam pedang barunya. Bola berduri itu melayang jatuh tak berdaya dan tertancap di pasir, menyelamatkan nyawa O’Connor. Lalu Conval berderap dan menikam prajurit itu menggunakan sebuah tombak, membunuhnya.
Prajurit terakhir Kekaisaran melihat bahwa dia sangat kalah jumlah; ketakutan di dalam matanya, dia tiba-tiba berbalik dan kabur, berpacu di pantai, jejak kaki kudanya meninggalkan jejak yang terlihat jelas di atas pasir.
Mereka semua mengalihkan pandangan kepada prajurit yang kabur: Thor melontarkan sebuah batu dengan selempangnya, O’Connor mengangkat busurnya dan menembak, dan Reece melemparkan tombak. Namun prajurit itu berkuda terlalu tak teratur, kuda-kuda terbenam di dalam pasir, dan mereka semua meleset.
Elden menarik pedangnya dan Thor bisa melihat bahwa dia akan mengejar prajurit itu. Thor mengeluarkan sebelah tangannya dan memberi isyarat kepadanya untuk diam di tempat.
“Jangan!” teriak Thor.
Elden berpaling dan menatapnya.
“Jika dia hidup, dia akan mengirim yang lain untuk mengejar kita!” Elden memprotes.
Thor berpaling dan melihat kembali ke arah kapal, dan tahu bahwa itu akan membuang waktu berharga mereka untuk mengejarnya – waktu yang tidak bisa mereka sia-siakan.
“Kekaisaran akan datang mengejar kita apa pun yang terjadi,” ujar Thor. “Kita tak punya banyak waktu. Yang terpenting sekarang adalah kita harus pergi jauh dari sini. Ayo ke kapal!”
Mereka turun dari kuda saat mereka mencapai kapal dan Thor merogoh sadelnya dan mulai mengosongkan semua perbekalannya sebagaimana yang lain melakukan hal yang sama, memasukkan senjata dan karung-karung makanan dan air. Entah berapa lama perjalanan itu akan berlangsung, berapa lama lagi sampai mereka melihat daratan lagi – jika mereka bisa melihat daratan lagi. Thor juga memasukkan makanan untuk Krohn.
Mereka melemparkan karung-karung tinggi di atas jalan menuju perahu; mereka mendarat di atas dek dengan bunyi gedebuk.
Thor menyambar tali tebal yang diikat tergantung di sisi atas, pegangan tali yang terasa kasar di tangannya, dan menimbang-nimbangnya. Ia menaruh Krohn di atas bahunya, berat mereka berdua menguji otot-ototnya, dan menarik ke arah dek. Krohn mendengking di telinganya, memeluk dadanya dengan cakarnya yang tajam, berpegangan erat pada dirinya.
Thor segera sampai di pagar kapal, Krohn melompat dari tubuhnya menuju dek – dan yang lain mengikuti di belakangnya. Thor membungkuk dan menatap kuda-kuda di pantai, melihat ke atas seolah-olah menunggu perintah.
“Dan bagaimana dengan mereka?” Reece bertanya, berdiri di sampingnya.
Thor berpaling dan mengamati kapal: kapal itu mungkin sepanjang dua puluh kaki dan lebarnya setengah panjangnya. Kapal itu cukup besar untuk mereka bertujuh – tetapi tidak untuk kuda-kuda mereka. Jika mereka mencoba untuk membawanya, kuda-kuda itu mungkin menginjak-injak kayu, merusak perahu. Mereka harus meninggalkan kuda-kuda itu.
“Kita tak punya pilihan,” kata Thor, melihat ke bawah dengan perasaan rindu kepada kuda-kuda itu. “Kita harus mencari kuda baru.”
O’Connor membungkuk di atas pagar perahu.
“Mereka adalah kuda-kuda yang pintar,” kata O’Connor. “Aku melatih mereka dengan baik. Kuda-kuda itu akan kembali ke rumah dengan berdasarkan perintahku.”
O’Connor bersiul dengan keras.
Bersama-sama, kuda-kuda itu berbalik dan berderap, berpacu