Penghianatan. Морган Райс
Чтение книги онлайн.
Читать онлайн книгу Penghianatan - Морган Райс страница 7
Saat dia menukik, dia melihat interior dalam kastil itu disinari dengan cahaya obor. Dan ada manusia yang berdesakan. Vampire? Dia merasakan bahwa itu memang benar vampire. Mahluk yang sama dengan dirinya. Mereka berjalan, berinteraksi denganvampir lainnya. Beberapa diantaranya sedang latihan, bermain pedang, melakukan permainan. Pulau itu penuh dengan aktifitas. Siapakah orang-orang itu? Mengapa dia ada disini? Apakah mereka yang membawanya kesini?
Saat Caitlin menyelesaikan putarannya, dia melihat ruangan tempat dia meloncat. Dia telah tinggal pada menara tertinggi, menghadap ke benteng yang besar, dengan teras terbuka. Disana berdiri seseorang, seorang vampire. Caitlin tidak perlu terbang lebih dekat untuk mengetahui siapa vampire itu. Dia sudah mengetahuinya, didalam hati dan jiwanya. Darahnya sudah mengalir didalam dirinya, dan dia mencintainya dengan segenap hati. Sekarang dia telah merubah dirinya, dia mencintai pria itu lebih dari sekedar cinta. Dia tahu, walaupun dari jarak jauh, figure yag menghadap keruangannya adalah Caleb.
Hatinya riang melihat Caleb. Dia ada disini. Itu memang dia. Berdiri disana, menunggu, tepat diluar ruangannya. Dia mungkin telah menunggu Caitlin untuk pulih selama ini.
Siapa yang tahu waktu telah berjalan berapa lama? Pria itu tidak pernah meninggalkan dirinya. Walau apapun yang telah terjadi dan apa yang sedang terjadi sekarang. Dia mencintai pria itu lebih dari yang bias dia ucapkan. Dan sekarang, mereka akan selalu bersama dalam keabadian.
Dia berdiri disana, bersender pada salah satu benteng, menatap kea rah sungai, tatapannya prihatin dan sedih.
Caitlin turun menuju padanya, berharap dia mengejutkannya, untuk mengejutkannya dengan kekuatan barunya.
Caleb melihat ke atas, dan terkejut,lalu wajahnya dihiasi senyum.
Namun saat Caitlin mendarat, ada sesuatu yang tidak beres. Dia kehilangan keseimbangannya, dia terhuyung. Dia berfikir mungkin dia terbang terlalu cepat, dan tidak dapat memperbaikinya tepat waktu. Saat dia tiba pada benteng itu, lututnya terantuk pada batu dan dia mendarat dengan keras, lalu terguling menabrak sebuah batu.
“Caitlin!” Caleb berteriak, lari menuju dirinya.
Caitlin terbaring pada sebuah batu yang besar, kakinya terasa sangat sakit. Namun dia tidak apa-apa. Jika dia menjadi Caitlin yang dulu, manusia seutuhnya, dia mungkin akan mematahkan beberapa tulangnya. Namun dalam bentuknya yang baru, Caitlin dapat bertahan, pulih dengan seketika, mungkin dalam hitungan detik.
Caitlin menjadi malu. Dia mau mengejutkan Caleb dan membuatnya teresan. Sekarang dia terlihat seperti orang bodoh.
“Caitlin?” dia bertanya lagi, sambil berlutut disampinya, menyandarkan tangan pada pundaknya. “kamu tidak apa-apa?”.
Caitlin menatapnya dengan tersenyum kecil.
“ Aku mau mencoba membuatmu terkesan” dia berkata, merasa sangat bodoh.
Lalu Caleb melihat pergelangan kaki Caitlin, memeriksa apakah dia terluka.
“ aku bukan manusia lagi,” katanya, “kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku.”
Tiba-tiba dia menyesal dengan apa yang telah ia katakana, dan intonasinya. Kata-katanya seperti sebuah tuduhan, hamper seperti dia merasa menyesal telah berubah. Dan dia tidak bermaksud membuat intonasi kasar seperti itu. Disisi lain, dia sangat menyukai apa yang caleb lakukan, sangat senang kalau ternyata dia masih memperhatikannya. Dia ingin berterimakasih padanya, dan mengucapkan banyak hal, namun seperti biasa, dia menghancurkannya, dan mengucapkan kata-kata yang tidak sepatutnya pada waktu yang tidak tepat.
Ini merupakan kesan pertama yang sangat buruk sebagai Caitlin yang baru. Dia tetap tidak dapat membuat mulutnya tertutup. Jelas, ada sesuatu yang tidak dapat berubah, bahkan dalam keabadian.
Caitlin berdiri, dan saat dia akan menepuk bahu Caleb dan mengucapkan maaf, tiba-tiba dia mendengar suara isak, dan merasakan awan kemarahan pada wajahnya. Dia memundurkan diri, dan menyadari apa itu sebenarnya.
Rose. Bayi serigala Caitlin, Rose melompat kedalam pelukan Caitlin. Rose sangat kegirangan, dan menjilati seluruh wajah Caitlin. Caitlin tidak dapat menahannya, dia hanya tertawa. Dia memeluk rose, menariknya dan menatapnya.
Masih bayi, namun Rose sudah sedikit bertumbuh, dan lebih besar dari yang Caitlin inga. Caitlin berfikir, dan mencoba mengingat kapan terakhir dia melihat rose, pada kapel kerajaan, terbaring di lantai, berdarah, ditembak oleh Samantha. Saat itu dia piker Rose telah mati.
“dia telah melewatinya” Caleb berkata, membaca pikirannya, seperti biasa. “rose sangat tangguh, seperti induknya,” dia menambahkan dengan tersenyum.
Caleb mungkin telah mengawasi mereka berdua selama ini.
“sudah berapa lama aku tidak sadar?” Caitlin bertanya.
“ satu minggu,” Caleb menjawab.
Satu minggu, pikir Caitlin dalam hati, luar biasa.
Dia berfikir kalau dia tidak sadar selama hamper sattu tahun. Dia fikir dia sudah mati dan kembali hidup, namun dalam bentuk yang baru. Dia merasa bersih, sama seperti dia memulai kehidupannya yang baru dengan lembaran yang baru.
Namun dia mengingat apa yang terjadi selama ini, dan menyadari bahwa selama satu minggu ini bagian dari keabadian. Mereka telah mencuri pedang itu. Dan adiknya, Sam, telah diculik. Satu minggu telah berlalu. Mengapa Caleb tidak mencarinya? Setiap menit sangatlah berarti.
Caleb memegang kaki Caitlin, dan Caitlin sebaliknya. Caitlin berdiri dihadapannya, menatap matanya. Jantunya kembali berdegup. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apa aturannya, etikanya, sekarang mereka berdua adalah vampire? Sekarang caleblah yang telah merubahnya, apakah mereka akan hidup bersama? Apakah dia lebih mencintai dirinya setelah dia berubah seperti dirinya? Sekarang mereka akan hidup bersama selamanya.
Caitlin semakin gugup, seperti tidak ada penyangga.
Caitlin menyentuhnya dan dengan lembut menaruh tangannya pada pipi caleb.
Caleb menatap dalam mata Caitlin, dan matanya bersinar dengan sinar rembulan.
Caitlin ingin mengatakan, aku cinta kamu, namun kata-kata itu tidak pernah keluar. Dia ingin bertanya : apakah kamu akan tinggal bersamaku selamanya? Apakah kamu masih mencintaiku?
Namun lebih dari itu, walaupun dia telah memiliki kekuatan baru, dia tidak memiliki keberanian untuk mengucapkan semua itu. Atau paling tidak dia mengatakan, terimakasih karna telah menyelamatkan ku, atau, terimakasih karna telah menjaga ku, atau terimakasih untuk selalu disini. Caitlin mengetahui seberapa besar perjuangan dan pengorbanan Caleb. Namun dia tetap tidak dapat mengucapkan, terima kasih.
Caleb tersenyum, dan menggenggam tangannya, merappihkan rambut Caitlin di wajahnya ke belakang telinganya. Lalu dia menyentuh wajah Caitlin dengan lembut.
Caitlin berfikir apa yang akan Caleb lakukan. Apakah caleb akan menyatakan cinta kepadanya? Apakah caleb akan menciumnya?
Saat dia merasakannya, tiba-tiba dia merasa gugup. Gugup akan bagaimana kehiduppannya yang baru akan berjalan. Gugup akan bagaimana bila semuanya tidak berjalan dengan baik. Lalu disamping menikmati itu semua, Caitlin merusaknya, membuka mulut lebarnya walaupun yang ia inginkan adalah menutup mulutnya.
“apa yang terjadi dengan pedangnya?” Caitlin bertanya.
Ekspresi