Buku Urantia. Urantia Foundation

Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Buku Urantia - Urantia Foundation страница 76

Автор:
Серия:
Издательство:
Buku Urantia - Urantia Foundation

Скачать книгу

ragam dan yang tampaknya begitu membingungkan itu, yang bekerja begitu tepat untuk kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan manusia dan malaikat.

      4:1.12 (56.4) Namun dalam pengertian yang lebih luas apa yang kelihatannya “kecelakaan-kecelakaan” kosmos itu tidak diragukan adalah bagian dari drama terbatas dari petualangan ruang-waktu Yang Tanpa Batas dalam manipulasi kekal-Nya terhadap para Absolut.

      4:2.1 (56.5) Alam itu dalam pengertian yang terbatas adalah kebiasaan fisik Tuhan. Perilaku, atau aksi, dari Tuhan itu dibatasi dan secara sementara diubah oleh rencana-rencana percobaan dan pola-pola evolusioner dari suatu alam semesta lokal, konstelasi, sistem, atau planet. Tuhan bertindak sesuai dengan hukum yang didefinisikan dengan baik, tidak berubah-ubah, tak dapat diubah di seluruh alam semesta master yang membentang luas itu; namun Dia mengubah pola-pola aksi-Nya sehingga menyumbang pada cara mengelola yang serasi dan seimbang untuk tiap alam semesta, konstelasi, sistem, planet, dan kepribadian, sesuai dengan objek-objek, sasaran-sasaran, dan rencana-rencana lokal dari proyek-proyek terbatas untuk pengembangan secara evolusioner.

      4:2.2 (56.6) Oleh sebab itulah, alam, seperti manusia fana memahaminya, menghadirkan fondasi dasar dan latar belakang mendasar untuk Deitas yang tak berubah dan hukum-hukumnya yang tetap, yang dimodifikasi oleh, berfluktuasi karena, dan mengalami gejolak-gejolak melalui, bekerjanya rencana-rencana, tujuan-tujuan, pola-pola, dan kondisi-kondisi lokal yang telah diresmikan dan sedang dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan dan kepribadian-kepribadian di alam semesta, konstelasi, sistem, dan planet. Sebagai contoh: Mengenai hukum-Nya Tuhan yang telah ditahbiskan di Nebadon, hukum-hukum itu dimodifikasi oleh rencana-rencana yang ditetapkan oleh Putra Pencipta dan Roh Kreatif dari alam semesta lokal ini; dan sebagai tambahan pada semua ini pemberlakuan hukum-hukum ini lebih lanjut dipengaruhi oleh kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan, dan pemberontakan-pemberontakan makhluk-makhluk tertentu yang tinggal di planetmu dan yang termasuk dalam sistem keplanetan langsungmu, yaitu Satania.

      4:2.3 (56.7) Alam adalah hasil reaksi ruang-waktu dari dua faktor kosmis: pertama, ketidak-berubahan, kesempurnaan, dan ketepatan Deitas Firdaus, dan kedua, rencana-rencana eksperimental, kegagalan-kegagalan eksekutif, kesalahan-kesalahan pemberontakan, belum selesainya perkembangan, dan tidak sempurnanya hikmat makhluk-makhluk yang di luar Firdaus, dari yang tertinggi hingga yang terendah. Sebab itu alam membawa suatu benang merah kesempurnaan yang seragam, tak berubah, agung, dan mengagumkan dari lingkaran kekekalan; namun di setiap alam semesta, planet, dan tiap kehidupan individu, alam ini dimodifikasi, diberi batasan, dan mungkin saja dirusak oleh perbuatan, kesalahan, dan ketidak-setiaan makhluk-makhluk dari sistem-sistem dan alam-alam semesta evolusioner itu; dan oleh sebab itu alam haruslah selalu berubah-ubah suasana, bertingkah aneh, meskipun di bawahnya stabil, dan bervariasi sesuai prosedur-prosedur kerja suatu alam semesta lokal.

      4:2.4 (57.1) Alam adalah kesempurnaan Firdaus dibagi dengan kejahatan, dosa dan belum selesainya alam-alam semesta yang belum rampung itu. Hasil bagi ini dengan demikian menunjukkan tentang yang sempurna maupun yang parsial, yang kekal maupun yang temporal. Evolusi yang berlanjut itu mengubah alam dengan menambahkan konten kesempurnaan Firdaus dan dengan mengurangi konten kejahatan, kesalahan, dan disharmoni realitas relatif.

      4:2.5 (57.2) Tuhan tidak secara pribadi hadir di alam atau dalam salah satu kekuatan alam, karena fenomena alam itu adalah superimposisi (penumpangan) dari ketidak-sempurnaan evolusi progresif, dan kadang-kadang, dampak-dampak dari pemberontakan, terhadap fondasi-fondasi Firdaus untuk hukum universal-Nya Tuhan. Seperti yang terjadi di dunia seperti Urantia, alam tidak pernah dapat menjadi ekspresi memadai, representasi benar, gambaran sesungguhnya, tentang Tuhan yang mahabijaksana dan tanpa batas itu.

      4:2.6 (57.3) Alam, di dunia kamu, adalah suatu pengkualifikasian (pembatasan sifat) terhadap hukum-hukum kesempurnaan oleh rancangan-rancangan evolusioner alam semesta lokal. Alangkah keliru menyembah alam karena alam itu dalam pengertian terbatas dan bersyarat dirasuki oleh Tuhan; karena alam itu adalah suatu fase dari yang semesta, sehingga karena itu dianggap kuasa ilahi! Alam adalah juga suatu manifestasi dari pekerjaan yang belum selesai, belum lengkap, belum sempurna dari pengembangan, pertumbuhan, dan kemajuan suatu eksperimen alam semesta dalam evolusi kosmis.

      4:2.7 (57.4) Apa yang tampaknya cacat-cacat di dunia alami itu bukan merupakan tanda adanya cacat apapun yang berkaitan dalam karakter Tuhan. Lebih tepatnya ketidak-sempurnaan yang diamati demikian itu hanyalah satu gambar diam dalam pertunjukan film ketanpa-batasan yang terus bergerak. Interupsi-cacat dari kontinuitas-kesempurnaan inilah yang memungkinkan batin manusia jasmani yang terbatas itu menangkap sekilas tentang realitas ilahi dalam ruang dan waktu. Manifestasi material dari keilahian itu tampak cacat bagi pikiran evolusioner manusia hanya karena manusia fana itu tetap hendak memandang fenomena alam itu melalui mata alami, penglihatan manusia tidak dibantu oleh mota morontia atau oleh pewahyuan, kompensasi penggantinya di dunia-dunia waktu.

      4:2.8 (57.5) Dan alam dirusak, paras indahnya dilukai, wajah-wajahnya dihanguskan, oleh pemberontakan, kelakuan buruk, pemikiran keliru dari banyak makhluk yang adalah bagian dari alam, tetapi mereka telah menyumbang pada perusakannya dalam waktu. Tidak, alam itu bukan Tuhan. Alam itu bukan suatu obyek penyembahan.

      4:3.1 (57.6) Sudah terlampau lama manusia menganggap Tuhan itu seperti seorang yang seperti mereka. Tuhan tidak, tidak pernah, dan tidak akan pernah cemburu pada manusia atau salah satu makhluk di alam-alam semesta. Mengetahui bahwa Putra Pencipta berniat agar manusia menjadi mahakarya ciptaan keplanetan, menjadi penguasa seluruh bumi, namun melihat manusia dikuasai nafsu rendahnya sendiri, pemandangan manusia yang tunduk menyembah di hadapan berhala-berhala kayu, batu, emas, dan ambisi kepentingan sendiri—adegan-adegan hina semacam ini menggerakkan Tuhan dan Putra-putra-Nya menjadi cemburu untuk manusia, namun tidak pernah karena manusia.

      4:3.2 (57.7) Tuhan yang kekal itu tidak mampu untuk murka dan marah dalam pengertian emosi manusia dan seperti manusia memahami reaksi seperti itu. Perasaan-perasaan ini rendah dan memalukan; hal-hal itu hampir tidak bisa dikatakan pantas untuk sosok yang disebut manusia, apalagi yang ilahi; dan sikap-sikap tersebut sama sekali asing pada kodrat sempurna dan karakter penyayang Bapa Semesta.

      4:3.3 (58.1) Banyak, banyak sekali kesulitan yang dihadapi manusia Urantia dalam memahami Tuhan itu disebabkan oleh dampak luas dari pemberontakan Lucifer dan pengkhianatan Kaligastia. Di dunia-dunia yang tidak dipisahkan oleh karena dosa, ras-ras evolusioner mampu merumuskan gagasan-gagasan yang jauh lebih baik tentang Bapa Semesta; mereka tidak terlalu mengalami kebingungan, penyimpangan, dan pemutar-balikan konsep.

      4:3.4 (58.2) Tuhan tidak pernah menyesal dari apapun yang pernah Dia lakukan, yang sekarang, atau yang selamanya akan Dia lakukan. Dia mahabijaksana dan juga mahakuasa. Hikmat manusia tumbuh dari kesengsaraan dan kesalahan-kesalahan dari pengalaman manusia; hikmat-Nya Tuhan itu terdiri dalam kesempurnaan tanpa perkecualian dalam hal wawasan alam semesta tanpa batas-Nya, dan pengetahuan ilahi tentang apa yang akan terjadi ini secara efektif mengarahkan kehendak bebas kreatif.

      4:3.5 (58.3) Bapa Semesta tak pernah melakukan apapun yang mengakibatkan dukacita atau penyesalan belakangan, namun makhluk-makhluk yang memiliki kehendak, dari rancangan dan buatan kepribadian-kepribadian Pencipta di alam-alam semesta yang mengelilinginya, oleh karena pilihan-pilihan mereka yang kurang beruntung, kadang-kadang menyebabkan emosi-emosi duka ilahi dalam diri pribadi para orang tua Pencipta mereka. Namun meskipun Bapa tidak membuat kesalahan, menyimpan sesal, atau mengalami duka, Dia adalah sosok dengan kasih sayang bapa, dan hati-Nya tentu saja bersedih ketika anak-anak-Nya gagal mencapai tingkatan rohani, yang seharusnya mampu mereka capai dengan dukungan yang telah disediakan begitu berlimpah oleh rancangan-rancangan pencapaian rohani dan kebijakan-kebijakan kenaikan manusia di alam-alam semesta.

      4:3.6 (58.4) Kebaikan tanpa batas dari Bapa itu melampaui pemahaman terbatas batin makhluk waktu; sebab itu haruslah selalu diberikan suatu kontras dengan

Скачать книгу