Buku Urantia. Urantia Foundation

Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Buku Urantia - Urantia Foundation страница 62

Автор:
Серия:
Издательство:
Buku Urantia - Urantia Foundation

Скачать книгу

yang jasmani dapat melihat Tuhan yang roh dan bisa mempertahankan keberadaannya yang fana itu. Kemuliaan dan kecemerlangan rohani dari hadirat kepribadian ilahi itu tidak mungkin didekati oleh kelompok makhluk roh yang lebih rendah atau oleh golongan kepribadian jasmani apapun. Terang rohani dari hadirat pribadinya Bapa itu adalah suatu “terang yang tidak dapat dihampiri manusia, yang mana tidak ada makhluk jasmani yang telah melihat atau dapat melihatnya.” Tetapi tidak perlu melihat Tuhan dengan mata daging agar supaya dapat melihat-Nya dengan penglihatan-iman dari batin yang dirohanikan.

      1:3.4 (25.4) Kodrat roh Bapa Semesta itu dibagikan bersama sepenuhnya dengan diri yang ada bersama-Nya, yaitu Putra Kekal Firdaus. Baik Bapa maupun Putra dengan cara yang serupa berbagi roh semesta dan kekal itu sepenuhnya dan tanpa syarat dengan kepribadian sederajat paduan Mereka, yaitu Roh Tanpa Batas. Rohnya Tuhan itu, dalam, dan dari diri-Nya sendiri, adalah absolut; dalam Sang Putra roh itu adalah tanpa batasan sifat; dalam Roh, roh itu semesta, dan dalam dan oleh semua Mereka, roh itu tanpa batas.

      1:3.5 (25.5) Tuhan adalah roh yang semesta; Tuhan adalah pribadi yang semesta. Realitas pribadi tertinggi dari ciptaan terbatas adalah roh; realitas terakhir dari kosmos pribadi adalah roh absonit. Hanya tingkat-tingkat infinitas yang adalah absolut, dan hanya pada tingkat-tingkat demikian ada finalitas kesatuan antara materi, batin, dan roh.

      1:3.6 (25.6) Dalam alam-alam semesta Tuhan Sang Bapa itu adalah, dalam kesanggupan, pengendali menyeluruh atas materi, batin, dan roh. Hanya dengan sarana sirkuit kepribadian-Nya yang sangat luas itulah Tuhan berhubungan langsung dengan kepribadian-kepribadian dari ciptaan luas makhluk-Nya yang memiliki kehendak, tetapi Dia dapat dikontak (di luar Firdaus) hanya dalam kehadiran entitas-entitas pecahan-Nya, kehendak Tuhan yang pergi jauh ke alam-alam semesta. Roh Firdaus ini yang mendiami batin manusia waktu, dan berada di sana membantu evolusi jiwa baka dari makhluk yang bertahan hidup itu, adalah dari kodrat dan keilahian dari Bapa Semesta. Namun batin makhluk-makhluk yang evolusioner tersebut berasal dari alam-alam semesta lokal dan harus meraih kesempurnaan ilahi dengan memperoleh transformasi-transformasi pencapaian rohani secara pengalaman itu, yang merupakan hasil yang tidak terhindarkan dari pilihan sesosok makhluk untuk melakukan kehendak Bapa di surga.

      1:3.7 (26.1) Dalam pengalaman batiniah manusia, batin disambungkan pada materi. Batin yang terkait-materi semacam itu tidak dapat bertahan melalui kematian fana. Teknik untuk selamat bertahan hidup itu tercakup dalam penyesuaian-penyesuaian kehendak manusia itu dan pada transformasi-transformasi dalam batin manusia itu, dengan mana kecerdasan yang sadar-Tuhan tersebut secara berangsur-angsur menjadi diajar oleh roh dan pada akhirnya dipimpin oleh roh. Evolusi batin manusia dari hubungan materi menuju kesatuan roh ini menghasilkan transmutasi fase-fase yang memiliki potensi roh dari batin manusia menjadi realitas-realitas morontia jiwa yang baka. Batin manusia yang tunduk pada materi ditakdirkan menjadi makin bersifat material dan sebagai akibatnya akan menderita kemusnahan kepribadian pada akhirnya; batin yang ditundukkan pada roh ditakdirkan menjadi makin rohani dan akhirnya mencapai kesatuan dengan roh ilahi yang menyelamatkan dan menuntun itu, dan dengan cara inilah memperoleh keselamatan dan kekekalan eksistensi kepribadian.

      1:3.8 (26.2) Aku datang dari Yang Kekal, dan aku telah berulang kali kembali ke hadapan hadirat Bapa Semesta. Aku tahu keadaan sebenarnya dan kepribadian Sumber dan Pusat Pertama, Bapa yang Kekal dan Universal itu. Aku tahu bahwa, meskipun Tuhan yang akbar itu absolut, kekal dan tanpa batas, Dia juga baik, ilahi, dan penuh rahmat. Aku tahu kebenaran tentang deklarasi besar: “Allah itu roh” dan “Allah itu kasih,” dan kedua sifat ini paling secara lengkap diwahyukan ke alam semesta dalam diri Putra Kekal.

      1:4.1 (26.3) Tanpa batasnya kesempurnaan Tuhan itu sedemikian rupa sehingga hal itu secara kekal menyebabkan Dia itu misteri. Dan yang terbesar dari semua misteri-misteri Tuhan yang tak terpahami itu adalah fenomena berdiamnya roh ilahi dalam batin manusia fana. Cara dalam mana Bapa Semesta tinggal bersama para makhluk waktu itu adalah yang paling hebat dari semua misteri-misteri alam semesta; sang hadirat ilahi dalam batin manusia itu adalah misteri dari segala misteri.

      1:4.2 (26.4) Tubuh-tubuh fisik manusia fana itu adalah “bait-bait Allah.” Sekalipun bahwa para Putra Pencipta Daulat datang mendekati makhluk-makhluk di dunia-dunia hunian mereka dan “menarik semua orang datang kepada mereka”; walaupun mereka “berdiri di depan pintu” kesadaran “dan mengetuk” dan gembira untuk masuk ke dalam semua yang mau “membuka pintu-pintu hati mereka”; walaupun ada persekutuan pribadi yang intim antara para Putra Pencipta dan makhluk-makhluk fana mereka, namun demikian, manusia memiliki sesuatu dari Tuhan sendiri yang secara nyata berdiam di dalam mereka; tubuh mereka adalah rumah-rumah suci roh itu.

      1:4.3 (26.5) Setelah kamu selesai di bawah sini, kalau hidupmu telah dijalani dalam wujud sementara di bumi, ketika perjalanan percobaanmu dalam daging selesai, ketika debu yang membentuk kemah tubuh fana “kembali lagi menjadi tanah dari mana ia berasal”; kemudian, diwahyukan, Roh yang mendiaminya “Roh akan kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” Ada tinggal berdiam di dalam setiap makhluk yang bermoral di planet ini suatu pecahan Tuhan, suatu bagian dan bingkisan dari keilahian. Roh itu belum menjadi milikmu berdasarkan hak kepemilikan, tetapi roh itu dirancang dengan maksud untuk menjadi satu dengan kamu jika kamu bertahan hidup menjalani kehidupan fanamu.

      1:4.4 (26.6) Kita terus menerus diperhadapkan pada misteri Tuhan ini; kita tercengang oleh meningkatnya pengungkapan panorama tanpa akhir dari kebenaran tentang kebaikan yang tanpa batas, rahmat yang tanpa akhir, hikmat yang tanpa banding, dan karakter-Nya yang agung itu.

      1:4.5 (26.7) Misteri ilahi itu terdiri dalam perbedaan melekat yang ada antara yang terbatas dan yang tanpa batas, yang sementara dan yang kekal, makhluk ruang-waktu dan Pencipta Semesta, yang material dan yang spiritual, ketidak-sempurnaan manusia dan kesempurnaan Deitas Firdaus. Tuhan kasih semesta itu tidak pernah gagal mewujudkan diri-Nya kepada setiap makhluk-Nya hingga kepenuhan kapasitasnya makhluk itu untuk secara rohani menangkap kualitas-kualitas kebenaran, keindahan, dan kebaikan ilahi.

      1:4.6 (27.1) Kepada setiap sosok roh dan kepada setiap makhluk fana dalam setiap dunia dan setiap dunia di alam semesta segala alam-alam semesta, Bapa Semesta mengungkapkan semua dari diri-Nya yang rahimi dan ilahi itu apa yang bisa dilihat dan dipahami oleh sosok-sosok roh itu dan oleh makhluk-makhluk fana itu. Tuhan tidak pilih kasih, baik itu pribadi rohani ataupun jasmani. Kehadiran ilahi yang dinikmati setiap anak alam semesta itu pada suatu saat tertentu hanya dibatasi oleh kapasitas makhluk tersebut untuk menerima dan untuk melihat keadaan-keadaan sebenarnya roh dari alam supramaterial.

      1:4.7 (27.2) Sebagai suatu realitas dalam pengalaman rohani manusia, Tuhan itu bukan suatu misteri. Tetapi jika upaya dilakukan untuk menjelaskan realitas-realitas dari alam roh itu kepada pikiran fisik dari golongan jasmani, muncullah misteri: misteri yang demikian halus dan demikian mendalam sehingga hanya pemahaman-iman dari manusia yang mengenal-Tuhan itu yang dapat mencapai mujizat filosofis tentang pengenalan Yang Tanpa Batas oleh yang terbatas, pemahaman Tuhan yang kekal oleh manusia yang berevolusi dalam dunia-dunia jasmani ruang dan waktu.

      1:5.1 (27.3) Jangan mengizinkan kebesaran Tuhan, ketanpa-batasan-Nya itu, menutupi ataupun menghalangi kepribadian-Nya. “Dia yang merancang telinga, masakan Dia tidak mendengar? Dia yang membentuk mata, masakan Dia tidak melihat?” Bapa Semesta adalah puncak kepribadian ilahi; Dia adalah permulaan dan tujuan akhir kepribadian di seluruh ciptaan. Tuhan itu tanpa batas dan juga berpribadi; Dia adalah kepribadian yang tanpa batas. Bapa itu benar-benar suatu kepribadian, meskipun bahwa ketanpa-batasan pribadi-Nya itu menempatkan-Nya untuk selama-lamanya di luar pemahaman penuh makhluk-makhluk yang jasmani dan terbatas.

      1:5.2 (27.4) Tuhan itu jauh lebih daripada suatu kepribadian sebagaimana kepribadian itu dimengerti oleh batin pikiran manusia; Dia bahkan jauh daripada semua konsep yang mungkin mengenai suatu suprakepribadian. Tetapi sama sekali sia-sia mendiskusikan konsep kepribadian ilahi yang tidak terpahami seperti

Скачать книгу