Buku Urantia. Urantia Foundation

Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Buku Urantia - Urantia Foundation страница 66

Автор:
Серия:
Издательство:
Buku Urantia - Urantia Foundation

Скачать книгу

tertentu untuk kontak dan komunikasi dengan beragam makhluk-Nya seperti yang telah ditahbiskan, pertama, dalam kepribadian-kepribadian para Putra Tuhan Firdaus, yang, walaupun sempurna dalam keilahian, namun juga sering mengambil bagian kodrat daging dan darahnya ras-ras planet itu sendiri, menjadi salah seorang dari kamu dan satu dengan kamu; dengan demikian, Tuhan menjadi manusia, seperti terjadi dalam penganugerahan Mikhael, yang dapat dipertukarkan sebutannya antara Anak Tuhan dan Anak Manusia. Dan yang kedua, ada kepribadian-kepribadian dari Roh Tanpa Batas, bermacam-macam ordo kawanan serafim dan kecerdasan angkasa lain yang mendekati sosok-sosok jasmani yang rendah asalnya dan dalam berbagai cara menatalayani dan membantu mereka. Dan yang ketiga, ada Monitor Misteri yang tidak berpribadi, Pelaras Pikiran, pemberian nyata dari Tuhan yang besar itu sendiri yang dikirimkan tanpa pemberitahuan dan tanpa penjelasan. Secara berlimpah tanpa henti mereka turun dari puncak-puncak kemuliaan untuk memberkahi dan mendiami batin sederhana manusia-manusia fana tertentu yang memiliki kapasitas untuk kesadaran-Tuhan atau potensi ke arah itu.

      2:1.8 (35.1) Dengan cara-cara inilah dan dengan banyak cara yang lain, dalam cara-cara yang tidak kamu ketahui dan sama sekali di luar pemahaman terbatas, memang Bapa Firdaus dengan penuh kasih dan kesediaan menurunkan diri-Nya dan dengan kata lain mengubah, mengencerkan, dan menipiskan ketanpa-batasan-Nya itu agar Dia dapat lebih mendekat kepada batin-batin terbatas anak-anak ciptaan-Nya. Dan demikianlah, melalui serangkaian distribusi kepribadian yang semakin kurang mutlak, Bapa yang tanpa batas itu dimampukan untuk menikmati hubungan dekat dengan berbagai kecerdasan di banyak wilayah di alam semesta-Nya yang mahaluas itu.

      2:1.9 (35.2) Semua ini yang Dia telah lakukan dan sedang lakukan, dan selalu lagi akan terus dilakukan, tanpa sedikitpun mengurangi dari fakta dan realitas tentang ketanpa-batasan, kekekalan, dan keutamaan-Nya. Dan semua ini secara mutlak benar, sekalipun sulitnya hal-hal itu dipahami, misteri yang menyelimuti hal-hal itu, atau ketidak-mungkinan keberadaan hal-hal itu dipahami sepenuhnya oleh makhluk-makhluk seperti yang tinggal di Urantia.

      2:1.10 (35.3) Karena Bapa Pertama itu tanpa batas dalam rencana-rencana-Nya dan kekal dalam maksud-maksud-Nya, maka secara melekat tidak mungkin selamanya bagi makhluk terbatas manapun untuk menangkap atau memahami rencana-rencana dan maksud-maksud ilahi ini dalam kepenuhannya. Manusia fana dapat melihat sekilas maksud-maksud Bapa hanya sedikit-sedikit, di sana sini, sementara hal-hal itu diungkapkan dalam kaitan dengan bekerjanya rencana kenaikan makhluk pada rangkaian tingkat-tingkat kemajuan alam semesta. Meskipun manusia tidak bisa menangkap arti pentingnya ketanpa-batasan itu, Bapa yang tanpa batas itu pasti sepenuhnya memahami dan dengan penuh kasih merangkul semua keterbatasan anak-anak-Nya dalam semua alam-alam semesta.

      2:1.11 (35.4) Keilahian dan kekekalan itu Bapa bagikan bersama-sama dengan sejumlah besar makhluk-makhluk Firdaus yang lebih tinggi, namun kami mempertanyakan apakah ketanpa-batasan dan keutamaan semesta akibatnya itu sepenuhnya berbagi bersama dengan yang lain, kecuali dengan rekan-rekan sederajat-Nya dari Trinitas Firdaus. Ketanpa-batasan kepribadian itu haruslah, terpaksa, mencakup seluruh keterbatasan kepribadian; sebab itulah ada kebenaran—kebenaran yang harfiah—dari ajaran yang mengatakan bahwa “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada.” Pecahan dari Deitas murni dari Bapa Semesta yang mendiami manusia fana itu adalah bagian dari ketanpa-batasan Sumber dan Pusat Besar Pertama, Bapa segala Bapa.

      2:2.1 (35.5) Bahkan nabi-nabimu pada zaman dahulu mengerti kodrat sirkuler Bapa Semesta yang kekal, yang tidak berawal, tidak berakhir. Tuhan itu secara harfiah dan secara kekal hadir dalam alam semesta segala alam-alam semesta-Nya. Dia mendiami momen sekarang dengan segenap keagungan mutlak dan kebesaran kekal-Nya. “Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya, dan hidup ini adalah hidup yang kekal.” Di sepanjang zaman-zaman kekal, Bapa itulah yang “memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” Ada kesempurnaan tanpa batas dalam integritas ilahi. “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah.” Pengetahuan kami mengenai alam semesta segala alam-alam semesta menyatakan bahwa bukan hanya bahwa Dia adalah Bapa terang, namun juga dalam tabiat-Nya dalam urusan keplanetan “tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Dia “memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian.” Dia berfirman: “Keputusan-Ku akan sampai; dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,” ”sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Anak-Nya.” Demikianlah rencana-rencana dan maksud-maksud dari Sumber dan Pusat Pertama juga seperti diri-Nya: kekal, sempurna, dan selama-lamanya tidak berubah.

      2:2.2 (35.6) Ada finalitas ketuntasan dan kesempurnaan kepenuhan dalam amanat Bapa: “Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi.” Bapa Semesta tidak menyesali maksud hikmat dan kesempurnaan semula-Nya. Rencana-rencana-Nya teguh, nasehat-Nya tetap tak berubah, sedangkan perbuatan-Nya ilahi dan tidak bisa salah. “Sebab di mata-Nya seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.” Sempurnanya keilahian dan besarnya kekekalan itu selamanya melampaui pemahaman penuh dari batin terbatasnya manusia fana.

      2:2.3 (36.1) Reaksi-reaksi dari Tuhan yang tak berubah, dalam pelaksanaan maksud kekal-Nya, bisa kelihatannya berubah-ubah sesuai perubahan sikap dan pergeseran pikiran para makhluk berakal yang diciptakan-Nya; yaitu, hal itu tampaknya dan dari luarnya berubah-ubah; namun di bawah permukaan dan di balik semua manifestasi luar, masih ada maksud yang tak berubah, rencana abadi, dari Tuhan yang kekal itu.

      2:2.4 (36.2) Keluar ke di alam-alam semesta, kesempurnaan haruslah perlu menjadi istilah relatif, namun di alam semesta sentral dan khususnya di Firdaus, kesempurnaan itu tidak dikurangi kadarnya; dalam tahap-tahap tertentu bahkan hal itu mutlak. Manifestasi-manifestasi Trinitas mengubah-ubah pertunjukan kesempurnaan ilahi itu namun tidak menipiskannya.

      2:2.5 (36.3) Kesempurnaan utama Tuhan itu tidak terdiri dalam suatu anggapan tentang benarnya, melainkan dalam kesempurnaan melekat dari kebaikan dari kodrat ilahi-Nya. Dia itu final, lengkap, dan sempurna. Tidak ada kekurangan sedikitpun dalam keindahan dan kesempurnaan karakter-Nya yang benar. Dan keseluruhan skema keberadaan-keberadaan hidup di dunia-dunia ruang itu berpusat pada maksud ilahi untuk mengangkat semua makhluk kehendak ke takdir tinggi dari pengalaman berbagi dalam kesempurnaan Firdaus-Nya Bapa. Tuhan itu tidak berpusat pada diri sendiri ataupun membatasi diri; Dia tanpa henti memberikan diri-Nya ke atas semua makhluk yang sadar diri di alam-alam semesta yang luas.

      2:2.6 (36.4) Tuhan itu sempurna secara kekal dan tanpa batas, Dia tak dapat secara pribadi mengenal ketidak-sempurnaan sebagai pengalaman-Nya sendiri, namun Dia memang berbagi kesadaran semua pengalaman ketidak-sempurnaan dari semua makhluk-makhluk evolusioner alam semesta yang berjuang, makhluk-makhluk dari semua Putra Pencipta Firdaus. Sentuhan yang pribadi dan yang memerdekakan dari Tuhan yang sempurna itu menaungi hati-hati dan menghubungkan dalam sirkuit (jejaring)kodrat-kodrat semua makhluk fana yang telah naik ke tingkat alam semesta untuk pengetahuan moral itu. Dengan cara ini, seperti juga melalui kontak-kontak dari hadirat ilahi, Bapa Semesta benar-benar ikut serta dalam pengalaman dengan ketidak-matangan dan ketidak-sempurnaan dalam perkembangan karier setiap sosok moral di seluruh alam semesta.

      2:2.7 (36.5) Keterbatasan-keterbatasan manusiawi, potensi jahat, adalah bukan bagian dari kodrat ilahi, namun pengalaman manusia dengan kejahatan dan semua hubungan manusia ke sana adalah pasti suatu bagian dari realisasi diri Tuhan yang terus berkembang dalam anak-anak waktu—makhluk-makhluk dengan tanggung jawab moral yang telah diciptakan atau dikembangkan oleh setiap Putra Pencipta yang pergi keluar dari Firdaus.

      2:3.1 (36.6) Tuhan itu benar; sebab itu Dia adil. “TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya.” “' bahwa bukan tanpa alasan Kuperbuat segala sesuatu yang Kuperbuat,' kata Tuhan.” “Hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya.” Keadilan Bapa Semesta tidak dapat dipengaruhi oleh tindakan dan perbuatan para makhluk-Nya, “karena berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN, Allah kita.”

      2:3.2

Скачать книгу